Hebatnya huruf 'T'

Takkala Temperatur Terik Terbakar Terus, Tukang Tempe Tetap Tabah,
"Tempe-Tempe! " Teriaknya.

Ternyata Teriakan Tukang Tempe Tadi Terdengar Tukang Tahu, Terpaksa Teriakannya Tambah Tinggi, "Tahu...Tahu. ...Tahu... !"

"Tempenya Terbaik, Tempenya Terenak, Tempenya Terkenal! !", Timpal Tukang Tempe .

Tukang Tahu Tidak Terima,"Tempenya Tengik, Tempenya Tawar, Tempenya Terjelek.... !"

Tukang Tempe Tertegun, Terhenyak, "Teplakkk... !"

Tamparannya Tepat Terkena Tukang Tahu.

Tapi Tukang Tahu Tidak Terkalahkan, Tendangannya Tepat Terkena Tulang Tungkai Tukang Tempe .

Tukang Tempe Terjengkang Tumbang! Tapi Terus Tegak, Tatapannya Terhunus Tajam Terhadap Tukang Tahu. Tetapi, Tukang Tahu Tidak Terpengaruh Tatapan Tajam Tukang Tempe Tersebut, "Tidak Takut!!" Tantang Tukang Tahu.

Tidak Ternyana Tangan Tukang Tempe Terkepal, Tinjunya Terarah, Terus Tonjokannya Tepat Terkena Tukang Tahu, Tak Terelakkan!
Tujuh Tempat Terkena Tinjunya, Tonjokan Terakhir Tepat Terkena Telak Tengkuknya.

Tukang Tahu Terjerembab. "Tolong.. Tolong..Tolong. .!", Teriaknya Terdengar Tinggi. Tetapi Tanpa Tunda Tempo, Tukang Tempe Teruskan Teriakannya , " Tempe .. Tempe .. Tempe ..!!"

Tapek The....!!

(Tiapa Tuh Terusin. ....????)



surat untuk bapak

Beliau adalah sosok yang sederhana. Kesan pertama banyak orang terhadap beliau adalah sosok yang ramah terhadap sesama dan pekerja keras. Aku adalah anak laki-laki seorang dikeluarga. Beliau mengajarkan kepada ku bagaimana dapat mengarungi kehidupan dengan penuh kekuatan dan kesabaran. Pernah suatu ketika pada tahun 2001 aku mengalami kegagalan dan beliau mengajarkan bagaimana kita menyikapi kegagalan dengan penuh kesabaran dan berusaha lebih lagi agar tujuan yang dicitakan dapat tercapai.

Semenjak kecil, salah satu hal yang terlintas dikepala ku ketika pagi hari di SD tempat aku sekolah dulu. Sudah menjadi kebiasaanku datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Pukul enam pagi aku sudah sampai sekolah, dan saat-saat setelah itu adalah banyak teman-teman yang diantar ayahnya ke sekolah. Sebagai seorang anak SD aku bermimpi dapat seperti mereka, ke sekolah diantar dengan mobil pasti enak, tapi apakata beliau ketika aku ingin diantar ke sekolah? Aku tak ingat jawaban pasti dari beliau tapi… seingat ku beliau ingin mengajarkan kepada ku bagaimana harus mandiri. Hidup dengan penuh kebersahajaan dan ketekunan.

Beliau adalah sosok yang keras nan humoris. Ia sering bercengkrama dengan ketiga cucunya yang masih lucu-lucu. Hampir setiap pagi anakku Sabila sering dijemur di bawah matahari pagi. Bercanda dengan ibu seperti sepasang kekasih yang baru saja mengucapkan janji sehidup semati. Beliau juga orang yang jarang mengeluh, ketika ia menderita pusing jarang sekali ia mengaduh. Beliau hanya diam dan istirahat di atas tempat tidur. Serba bisa. Beliau dapat melakukan hal apa saja yang berurusan dengan rumah tangga. Mulai dari mengasah pisau, memasang stop kontak, membetulkan pompa air, mobil, sampai memasak pun beliau jagonya.

Bukan hanya kehidupan duniawi saja beliau adalah orang yang patut dicontoh. Urusan akhirat pun beliau adalah suri tauladan kami di rumah. Shalat tahajjud yang tak pernah putus, shalat dhuha yang setiap hari beliau jalankan hingga lima waktu yang begitu rajin ke Mesjid. Ia adalah imam kami di rumah, pun begitu beliau adalah sosok yang dikagumi di lingkungan masyarakat kami. Kepeduliaannya terhadap lingkungan sehingga menjadikan beliau sosok yang dituakan.

Sudah seminggu lebih sejak aku menulis catatan di atas. Baru hari ini aku sanggup dan sempat untuk menulis lagi. Cerita tentang bapak memang tak kan pernah habis. 24 tahun lebih mengiringi aku hidup semenjak kecil hingga sekarang. Pendiriannya yang kuat seolah peka zaman, sangat mempengaruhi pola pikir ku sekarang. Tidak mau menyusahkan orang lain juga satu hal yang bapak junjung tinggi dalam hidup. Ia seolah orang yang dapat berdiri kokoh diantara ombak masalah kehidupan datang mendera. Keuletannya dalam menyongsong hidup patut dicontoh oleh semua anak-anaknya. Dengan segala atribut yang dimiliki bapak, kebiasaannya, becandanya, sungguh membuat kami rindu kepadanya, semua kesedihan itu hanya dapat ku obati dengan doa yang tak pernah henti ku panjatkan kehadirat Allah SWT untuk bapak.

Ia adalah tipe orang yang jarang memuji di depan anak-anaknya. Namun aku yakin di dalam hatinya yang paling dalam ia pasti bangga kepada anak-anaknya. Pujian yang jarang dilontarkan menurut pandangan ku, bapak ingin anak-anaknya kuat dalam menghadapi hidup, mau dan mampu bekerja keras sehingga tidak terlena dengan kecukupan yang kami alami sekarang. Didikannya yang cenderung konvensional namun saat ini kami rasakan begitu indah dan bermanfaat untuk mengarungi hidup di dunia dan bagaimana harus membekali diri untuk kampung akhirat. Bagaimana ia mengajarkan shalat berjamaah di Masjid, meski tak pernah sepatah kata pun terlontar dari mulutnya untuk mengajak ku shalat, bertahun-tahun ia lakukan shalat berjamaah semenjak aku di sekolah dasar sampai kemudian aku SMA, aku baru memulai mengikuti jejak bapak untuk shalat di Masjid. Contoh, adalah pil yang paling mujarab untuk mengajak orang dalam kebaikan. Dibandingkan dengan orang yang suka celoteh namun tak pernah dikatakan, namun dengan didikan contoh yang diajarkan bapak membuat aku seperti terbius dengan kebiasaannya itu.

Bapak adalah orang yang tidak bisa berbicara di depan umum.. Maka tidak heran ia tidak pernah ceramah di Masjid kami. Namun ia orang yang gemar memberikan nasihat-nasihat kehidupan yang penuh makna dihadapan kami ketika waktu makan tiba.

Sampai akhir hayatnya ia tidak pernah mengeluh. Masih hangat terekam kejadian dua minggu lalu, tepatnya pada tanggal 21 Agustus 2008. Aku pulang di rumah sehabis dari kantor sekitar pukul 6 sore. Rutinitas ku masih seperti biasa, pulang kerja langsung shalat berjamaah di Masjid dengan bapak ada diantara jamaah tentunya. Setelah itu aku pulang ke rumah dan waktu berjalan cepat sampai waktu Isya tiba. Kali ini bapak yang menjadi imam. Tak ada perasaan menggelayut waktu itu. Semua berjalan seperti biasanya, sampai ketika kami memutuskan untuk makan malam di rumah bapak, kebetulan jarak rumah ku dengan orang tua hanya beberapa meter saja, ia berkata “makan aja duluan nanti bapak nyusul, dada bapak agak sesak nih”, begitulah gumamnya, kami melanjutkan makan malam bersama.

Ketika makan selesai kami mengunjungi bapak di kamarnya, ternyata ia kegerahan, aku lap keringatnya yang membasahi sekujur tubuhnya. Kakak ku mengeluarkan angin dengan cara mengkop badannya. Tak lama kemudian ia sendawa. Senang rasanya mendengar angin yang keluar, akhirnya aku putuskan untuk pulang ke rumah ku.

Ketika aku ingin ganti baju, terdengar suara teriakan ibu yang membuat jantung ku berdetak begitu kencang, aku lari menghampiri rumah dan mendapati bapak sudah tak sadarkan diri, kakak kudapati telah menangis, namun aku tahu peristiwa itu adalah peristiwa malaikat pencabut nyawa yang sedang memisahkan ruh bapak dari badannya, tak ada perasaan sedih yang menghinggapi aku waktu itu, yang ada adalah kewajiban seorang anak yang harus mentalkin kalimat Laa ilaha Illallah Muhammadarrasulullah, tergerak bibir bapak mengikuti ajaran ku............

Ternyata itu adalah momen yang paling mengharu biru perasaan ku selama aku hidup.. Bapak meninggal di atas pangkuan ku, peristiwa yang sangat mengetuk keimananku, terbayang ketika nanti aku akan mengalaminya. Engkau telah menunjukkan kekuasaan-Mu padaku hari ini, bahwasanya setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati (QS. Al-Ankabut:57)

Ya Rab ampuni dosa kami, dan golongkanlah kami termasuk orang-orang yang beruntung hidup di dunia...

Kami akan terus mendoakan mu pak, sampai ketemu di akhirat...

WANITA JELATA...

Seorang gubernor pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang dinar dihadapan mereka. Semuanya saling berebutan memunguti uang itu dengan suka cita. Kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah jelek. Ia terlihat diam saja tidak bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.

Dengan keheranan sang Gubernor bertanya, "Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga engkau?"

Janda bermuka buruk itu menjawab, "Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat."

"Maksud engkau?" tanya sang Gubernor mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu."

Maksud saya, uang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu salat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal."

Dengan jawaban seperti itu, sang Gubernor merasa telah disindir tajam. Ia insaf, dirinya selama ini hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah rauh, tak kan habis dimakan keluarganya sampai tujuh keturunan. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan Malaikat Izrail sudah mengintainya.

Akhirnya sang Gubernor jatuh cinta kepada perempua lusuh yang berparas hanya lebih bagus sedikit dari monyet itu. Kabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Orang-orang besar tak habis pikir, bagaimana seorang gubernor bisa menaruh hati kepada perempuan jelata bertampang jelek itu.

Maka pada suatu kesempatan, diundanglah mereka oleh Gubernor dalam sebuah pesta mewah. Juga para tetangga, trmasuk wanita yang membuat heboh tadi. Kepada mereka diberikan gelas crystal yang bertahtakan permata, berisi cairan anggur segar. Gubernor lantas memerintah agar mereka membanting gelas masing-masing. Semuanya terbengong dan tidak ada yang mau menuruti perintah itu. Namun, tiba-tiba trdengar bunyi berdenting, pertang ada orang gila yg melaksanakan perintah itu. Itulah si perempuan berwajah buruk. Di kakinya pecahan gelas berhamburan sampai semua orang tampak terkejut dan keheranan.Gubernor lalu bertanya, "Mengapa kaubanting gelas itu?"

Tanpa takut wanita itu menjawab, " Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan Tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa Tuan berkurnag lantaran perintah Tuan tidak dipatuhi."

Gubernor terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu.

Sebab lainnya?" tanya Gubernor.Wanita itu menjawab, "Kedua, saya hanya menaati perintah Allah. Sebab di dalam Alquran, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, Utusan-Nya, dan para penguasa. Sedangkan Tuan adalah penguasa, atau ulil amri, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah Tuan."

Gubernor kian takjub. Demikian pula paran tamunya. "Masih ada sebab lain?"

Perempua itu mengangguk dan berkata, "Ketiga, dengansaya memecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dicap gila daripada tidak melakukan perintah Gubernornya, yang berarti saya sudah berbuat durhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada penguasa saya. Itu lebih berat buat saya."Maka ketika kemudian Gubernor yang kematian istri itu melamar lalu menikahi perempuan bertampang jelek dan hitam legam itu, semua yang mendengar bahkab berbalik sangat gembira karena Gubernor memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernornya, kepada Nabinya, dan kepada Tuhannya.

Metode Mengajar Yang Jitu

MediaMuslim.Info - Setiap Guru hendaknya menempuh metode pendidikan yang jitu sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al Qur’anul karim dan as Sunnah Nabawiyah, karena para guru ikut berpartisipasi dalam menyiapkan generasi muslim pada masa yang akan datang. Harapan kita adalah hadirnya generasi muslim yang dengan aqidah yang lurus, tangguh, berakhlaq mulia, yang bersih dan berani dalam rangka membela agama dan ummatnya.

Adapun metode jitu yang InsyaAlloh dapat diupayakan oleh para guru dalam mendidik generasi muda muslim adalah sebagai berikut:

Menanamkan Rasa Takut (khauf) dan berpengharapan (raja’)
Para guru harus menanamkan rasa takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala ke dalam jiwa anak-anak didiknya sebab Alloh Subhanahu wa Ta’ala sangat hebat siksanya kepada orang-orang yang durhaka kepadanya. Yaitu Orang-orang yang meninggalkan apa-apa yang diwajinkanNya. Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ancaman terhadap orang-orang yang durhaka (maksiat), bahwa mereka akan dibakar didalam neraka pada hari kiamat, padahal neraka jauh lebih panas dari pada api di dunia.

Tetapi sebaliknya Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan kepada kaum mu’minin yang taat menjalankan kewajibannya, memenuhi hak-haknya Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan surga yang luas. Di dalamnya terdapat sungai-sungai, pohon-pohon, buah-buahan, bidadari-bidadari cantik dan berbagai kenikmatan di dalamnya.

Dalil bagi adanya keterpaduan antara rasa khauf (takut) dan raja’ (pengharapan), serta rasa senang dan cemas.

Kisah-Kisah
Kisah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiawa, maka seorang pendidik selayaknya memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat. Dan itu banyak sekali terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah yang suci. Diantaranya:

        • Kisah Ashabul Kahfi (penghuni surga), bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada Allah, cinta kepada tauhid dan benci kepada kemusyrikan.

        • Kisah Nabi Isa , bertujuan unutk menjelaskan bahwa ia adalah hamba Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan bukan Anak Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagaiman anggapan kaum nasrani.

        • Kisah Yusuf, diantara tujuannya adalah untuk mengingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan campur aduk antara laki-laki dan perempuan sebab akan memberi akibat yang sangat jelek

    • Kisah Yunus, bertujuan agar kita selalu beristianah (meminta pertolongan) hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala saja, lebih-lebih ketika di timpa musibah. Kisah orang-orang yang terperangkap dalam gua. Diambil hikmahnya yaitu agar kita hanya bertawasul kepada Allah dengan amal-amal shalehnya. Seperti membantu orang tua, menjauhi zina karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dll.

Singkat kata , sebagai seorang guru harus mampu memberi teladan yang baik diantara dengan memberi kisah-kisah yang mulia dan jangan justru memberi kisah-kisah yang jelek yang memacu anak didik untuk berbuat tidak baik.

MENANGIS KERANA TAKUTKAN ALLAH


Rasulullah s.a.w. telah bersabda, "Bahawa tidak akan masuk neraka orang menangis kerana takut kepada Allah sehingga ada air susu kembali ke tempat asalnya." Dalam sebuah kitab Daqa'iqul Akhbar menerangkan bahawa akan didatangkan seorang hamba pada hari kiamat nanti, dan sangat beratlah timbangan kejahatannya, dan telah diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka. Maka salah satu daripada rambut-rambut matanya berkata, "Wahai Tuhanku, Rasul Engkau Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda, sesiapa yang menangis kerana takut kepada Allah s.w.t., maka Allah s.w.t. mengharamkan matanya itu ke neraka dan sesungguhnya aku menangis kerana amat takut kepada-Mu."

Akhirnya Allah s.w.t. mengampuni hamba itu dan menyelamatkannya dari api neraka dengan berkat sehelai rambut yang pernah menangis kerana takut kepada Allah s.w.t. Malaikat Jibril a.s. mengumumkan, telah selamat Fulan bin Fulan sebab sehelai rambut." Dalam sebuah kitab lain, Bidayatul-Hidayah, diceritakan bahawa pada hari kiamat nanti, akan didatangkan neraka jahanam dengan mengeluarkan suaranya, suara nyalaan api yang sangat menggerunkan, semua umat menjadi berlutut kerana kesusahan menghadapinya. Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud, "Kamu lihat (pada hari itu) setiap umat berlutut (yakni merangkak pada lututnya). Tiap-tiap umat diseru kepada buku amalannya. (Dikatakan kepadanya) Pada hari ini kamu dibalasi menurut apa-apa yang telah kau kerjakan." (Surah al-Jatsiyah ayat 28)

Sebaik sahaja mereka menghampiri neraka, mereka mendengar kegeraman api neraka dengan nyalaan apinya, dan diterangkan dalam kitab tersebut bahawa suara nyalaan api neraka itu dapat didengar sejauh 500 tahun perjalanan. Pada waktu itu, akan berkata setiap orang hingga Nabi-nabi dengan ucapan, "Diriku, diriku (selamatkanlah diriku Ya Allah) kecuali hanya seorang nabi sahaja yang akan berkata, "Umatku, umatku."
Beliau ialah junjungan besar kita Nabi Muhammad s.a.w. Pada masa itu akan keluarlah api neraka jahim seperti gunung-gunung, umat Nabi Muhammad s.a.w. berusaha menghalanginya dengan berkata, "Wahai api! Demi hak orang-orang yang solat, demi hak orang-orang yang ahli sedekah, demi hak orang-orang yang khusyuk, demi hak orang-orang yang berpuasa, supaya engkau kembali."

Walaupun dikata demikian, api neraka itu tetap tidak mahu kembali, lalu malaikat Jibril berkata, "Sesungguhnya api neraka itu menuju kepada umat Muhammad s.a.w." Kemudian Jibril membawa semangkuk air dan Rasulullah s.a.w. meraihnya. Berkata Jibril a.s. "Wahai Rasulullah, ambillah air ini dan siramkanlah kepadanya." Lalu Baginda s.a.w. mengambil dan menyiramkannya pada api itu, maka padamlah api itu. Setelah itu Rasulullah s.a.w. pun bertanya kepada Jibril a.s. "Wahai Jibril, Apakah air itu?" Maka Jibril berkata, "Itulah air mata orang derhaka di kalangan umatmu yang menangis kerana takut kepada Allah s.w.t. Sekarang aku diperintahkan untuk memberikannya kepadamu agar engkau menyiramkan pada api itu." Maka padamlah api itu dengan izin Allah s.w.t.

Telah bersabda Rasulullah s.a.w., " Ya Allah anugerahilah kepada kami dua buah mata yang menangis kerana takut kepada-Mu, sebelum tidak ditemunya air mata."

(http://rockbebeh.blogspot.com/2007/09/kisah-teladan.html)

Pohon Apel itu Ternyata.....???

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,
tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu."Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."



Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. " Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.

Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pa! da suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel."Aku sedih," kata anak lelaki itu."Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah ."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemu! dian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel."Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu."Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. " "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.


Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan aya! h dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.


Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

From: hendra proctertor
To: harryklaten@yahoo.com
Sent: Sunday, January 18, 2009 8:06:07 PM
Subject: Song for Gaza


Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini