TRAINING KADER MASJID (TKM) XXXIII

Tema Kegiatan
Menjalin Ukhuwah di Masjid Sebagai Sarana Perbaikan Diri

Muqoddimah
Segala puji syukur kehadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan segala anugerah-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kapada Rasulullah SAW yang telah membawa kebenaran agama islam.
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat islam. Fungsi paling utama masjid adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah sholat berjamaah, yang merupakan syiar islam terbesar. Masjid tidak hanya dapat digunakan sebagai sarana untuk sholat, tetapi dapat digunakan sebagai tempat pembinaan jamaah, dan tempat menuntut ilmu, serta sebagai tempat kaderisasi umat.
Secara umum pengelolaan masjid masih memprihatinkan. Hal ini dikarenakan oleh berkurangnya minat para remaja muslim untuk memakmurkan masjid. Selain itu, pengelolaan masjid yang dinilai kurang disebabkaan juga karena fungsi dan peran masjid dalam masyarakat kurang teraktualisasi.
Oleh karena itu, Dewan Pengurus Harian Masjid Al Falaah Mrican akan mengadakan sebuah kegiatan yang dinamakan dengan Training Kader Masjid XXXIII. Kegiatan ini dilakukan tidak hanya sekedar program kerja tahunan Dewan Pengurus Masjid Al Falaah Mrican, namun untuk menjaring kader masjid yang benar-benar siap memakmurkan masjid.

Tujuan Kegiatan
1. Memperkenalkan peran dan fungsi masjid
2. Menjalin tali sillahturahmi
3. Memotivasi diri untuk mengamalkan ajaran islam secara kaffah
4. Memberikan kesadaran akan peran dan tanggung jawab sebagai pemuda islam
5. Menggali Potensi para kader masjid

Sasaran Kegiatan:
1. Perwakilan / delegasi masjid
2. Mahasiswa
3. Remaja

Waktu dan tempat Pelaksanaan:
Hari, Tanggal : Sabtu-Ahad, 24-25 Oktober 2009
Pukul : Pkl. 07.30 WIB - Selesai
Tempat : Masjid Al Falaah & Babarsari

Pembicara dan Materi:
1. “Ukhuwah” Oleh : Ust. Mustahid
2. “Training”Oleh : Ust. Fatan Fantastic
3. “Manajemen Masjid”Oleh : Utusan dari Masjid Syuhada

Kontribusi: Rp 10.000,-

CP : Taufik (085292773233)

SETIAP AMAL TERGANTUNG NIATNYA

SETIAP AMAL TERGANTUNG NIATNYA

Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia niatkan’ (HR. Bukhari dan Muslim)


Dari Amirul Mu’minin Abu Hafs ‘Umar ibnu Al-Khathab radhiyalallahu ta’ala ’anhu berkata: “Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia niatkan’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keistimewaan Hadits Ini
Hadits ini merupakan hadits yang sangat agung, Imam Ahmad berkata: Pokok ajaran Islam terdapat pada 3 hadits:

  1. Hadits 'Umar, Setiap amalan tergantung pada niatnya
  2. Hadits 'Aisyah, Barangsiapa yang membuat suatu amalan dalam islam yang tidak ada asalnya maka amalan tersebut tertolak
  3. Hadits Nu'man bin Basyir, Perkara halal jelas dan perkara haram jelas, diantara keduanya ada perkara yang masih samar-samar

Hal ini karena Islam terdiri dari melaksanakan perintah, menjauhi larangan serta berhenti dari hal yang masih samar darinya yakni perkara mutasyabihat sebagaimanana hadits Nu’man bin Basyir, kemudian dalam melaksanakan hal-hal tersebut dinilai dari 2 sisi, lahir dan bathin, penilaian dari sisi bathin dengan hadits Umar dan penilaian sisi lahir dengan hadits ‘Aisyah, sehingga lengkaplah pokok ajaran Islam dalam 3 hadits tersebut.

Niat
Niat menurut istilah syar'i adalah bermaksud kepada sesuatu yang disertai perbuatan. Jika bermaksud kepada sesuatu tetapi tidak disertai perbuatan maka ini dinamakan azzam.

Imam Nawawi menjelaskan bahwa sabda Rasulullah shalallahu wa 'alaihi wa sallam Setiap amalan tergantung niatnya dibawa pada sihhatul a’mal (sahnya amalan) atau tashhihul a’mal (pembenaran amal) atau qabulul a’mal (diterimanya amalan) atau kamalul a’mal (sempurnanya amalan).

Amalan disini adalah amalan yang dibenarkan syariat, sehingga tidaklah diterima amalan yang dilarang syariat dengan dalih niatnya benar, misalkan seorang kepala rumah tangga yang berkewajiban menafkahi istri dan anak-anaknya akan tetapi dengan cara mencuri, kemudian dia berdalih “Niat saya kan baik, untuk menafkahi istri dan anak-anak”

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utaimin menjelaskan: Dari sabda Nabi shalallahu wa 'alaihi wa sallam Setiap amalan tergantung niatnya dapat diambil kesimpulan bahwa setiap amalan terjadi karena adanya niat pelakunya. Dalam hadits ini terdapat bantahan kepada orang yang selalu was-was, kemudian melakukan amalan beberapa kali, lalu syaitan membisikan kepadanya Sesungguhnya kamu belum berniat. Kita katakan kepada mereka: Tidak, tidak mungkin kalian beramal tanpa niat. Oleh karena itu permudahlah bagi kalian dan tinggalkanlah wa was-was seperti ini.

Adapun tempat niat di dalam hati dan melafadzkannya merupakan bid'ah. Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu'anhu bahwa ia mendengar orang berkata dalam ihramnya, Ya Allah, aku berniat haji atau umrah, Ibnu Umar berkata kepada orang tersebut, Apakah engkau memberitahu manusia? Bukankah Allah lebih mengetahui terhadap apa saja yang ada di jiwamu?

Jenis-jenis Niat
Para ulama membahas niat dengan 2 makna:

  1. Niat yang berarti tujuan amalan tersebut apakah hanya untuk Allah atau disertai tujuan lainnya misalnya riya dan sum’ah
  2. Niat yang merupakan pembeda antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lain atau membedakan antara adat kebiasaan dengan ibadah.


Niat, untuk siapa amalan tersebut
Niat amalan yang disertai riya maka akan menghapus pahala. Adapun riya ada 2 jenis:

  1. Mengerjakan amalan karena riya
  2. Mengerjakan amalan karena Allah dan riya

Semua jenis riya ini akan menghapuskan pahala.

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyalallahu 'anhu dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
”Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘Aku paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa mengerjakan amal perbuatan dimana ia menyekutukan orang lain bersama-Ku di dalamnya, Aku meninggalkannya bersama sekutunya”

An-Nasai meriwayatkan hadits dari Abu Umamah radhiyalallahu ta'ala 'anhu, Ia berkata Seseorang datang kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata, Bagaimana pendapatmu tentang orang yang berperang karena mencari pahala dan nama, apa yang ia dapatkan? Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Ia tidak mendapatkan apa-apa. Beliau bersabda lagi, Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali amal perbuatan yang ikhlas dan dimaksudkan untuk mencari keridaan-Nya (AL-Hafidz Al-Iraqi menghasankan hadits ini dalam Takhriju Ahaditsil Ihya)

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyalallahu 'anhu bahwasanya dia berkata, aku mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Manusia yang pertama kali di adili pada hari Kiamat ialah orang yang mati di medan laga. Ia didatangkan kemudian Allah memberitahu nikmat nikmat-Nya kepadanya dan iapun mengakuinya. Allah berfirman, “Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut?” Orang tersebut menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu hingga aku gugur sebagai syahid”. Allah berfirman, “Engkau bohong, engkau berperang agar dikatakan sebagai pemberani dan betul bahwa engkau sudah dikatakan sebagai pemberani”. Kemudian diperintahkan agar orang tersebut diseret dan tersungkur wajahnya sampai ke neraka. Dan juga orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan membawa Al-Quran, orang tersebut didatangkan, kemudian Allah memberitahu nikmat-nikmat-Nya kepadanya dan iapun mengakuinya. Allah berfirman “Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut?” Orang tersebut menjawab, “Aku mempelajari ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Quran dijalan-Mu”. Allah berfirman, “Engkau bohong, engkau mempelajari ilmu agar dikatakan sebagai alim dan membaca Al-Quran agar dikatakan sebagai qari dan betul ngkau telah dikatakan seperti itu. Kemudian diperintahkan agar orang tersebut diseret dan tersungkur wajahnya sampai ke neraka. Juga orang yang diberi kemudahan oleh Allah dan diberi dengan berbagai macam harta. Orang tersebut didatangkan kemudian Allah memberitahukan nikmat-nikmat-Nya kepadanya dan iapun mengakuinya. Allah berfirman, “Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut?” Orang tersebut menjawab, “Aku tidak pernah meninggalkan salah satu jalan yang Engkau sukai kalau harta diinfakkan di jalan tersebut melainkan Aku menginfakkan harta didalamnya”. Allah berfirman, “Engkau bohong, engkau melakukan seperti itu agar dikatakan sebagai dermawan, dan betul telah dikatakan kepadamu sebagai orang yang dermawan”. Kemudian diperintahkan agar orang tersebut diseret dan tersungkur wajahnya sampai ke neraka.


Dalam hadits diatas disebutkan bahwa ketika Muawiyah diberitahu tentang hadits ini, ia menangis hingga pingsan. Ketika siuman, ia berkata, “Sungguh benar Allah dan Rasul-Nya”, Allah azza wa jalla berfirman,
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka” (Huud: 15-16)

Sebagaimana halnya riya, sum’ah juga dapat menghapus pahala amalan. Sum’ah adalah mengerjakan amalan untuk Allah dalam kesendirian (tidak dilihat manusia), kemudian dia menceritakan amalannya itu kepada manusia. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa berbuat sum’ah (menceritakan amalannya kepada orang lain), maka Allah akan menceritakan aibnya dan barangsiapa berbuat riya’ (memperlihatkan amalannya kepada orang lain), maka Allah akan memperlihatkan aibnya” (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya)

Para ulama berkata, “Jika seorang alim yang menjadi teladan, dan ia menyebutkan amalannya itu dalam rangka mendorong orang-orang yang mendengarnya agar mengerjakan amalan tersebut, maka ini tidaklah mengapa” (Syarah Al-Arba'in An-Nawawiyah, Imam Nawawi)

Bagaimana jika seseorang pada awalnya ikhlas karena Allah akan tetapi kemudian muncul riya ketika amalan sedang dilakukan? Apakah amalannya diterima? As-Samarqandi rahimahullah berkata: Amalan yang diniatkan untuk Allah ta'ala diterima, sedangkan amalan yang dia niatkan untuk manusia, maka tertolak. Sebagai contoh orang yang mengerjakan shalat Dzuhur dengan tujuan mengerjakan kewajiban yang diberikan oleh Allah ta'ala kepadanya. Dalam shalatnya, dia memanjangkan rukun-rukun dan bacaannya serta membaguskan gerakannya karena ingin dipuji orang yang melihatnya. Maka orang seperti ini, amalan shalatnya diterima, tetapi panjang dan bagusnya shalat yang dilakukan karena manusia tidaklah diterima. (Syarah Al-Arba'in An-Nawawiyah, Imam Nawawi)

Niat, Pembeda ibadah dengan ibadah lainnya atau ibadah dengan adat
Niat dapat merupakan pembeda ibadah yang satu dengan ibadah lainnya atau ibadah dengan adat kebiasaan. Misalnya seseorang shalat 2 rakaat, shalatnya dapat berupa shalat Tahiyatul Masjid ataupun Shalat Rawatib, yang membedakan adalah niatnya.

Niat juga dapat membedakan antara pekerjaan sehari-hari berupa adat kebiasaan dengan ibadah. Sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam , ``Dan setiap orang mendapat balasan sesuai dengan niatnya``, merupakan penjelasan bahwa seseorang tidak akan mendapatkan apa-apa dari perbuatannya kecuali apa yang ia niatkan. Sebagai contoh, jika sesorang jima' dengan istrinya, menutup pintu, mematikan lampu ketika hendak tidur dan amalan-amalan lain yang disebutkan dalam nash-nash yang jika itu diniatkan untuk melaksanakan perintah Allah maka ia mendapatkan pahala, adapun jika diniatkan untuk selain itu maka ia tidak mendapatkan pahala.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Dzar secara Marfu':
Dan menggauli istri juga sedekah. Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, apakah jika salah seorang diantara kita melampiaskan syahwatnya, ia akan mendapatkan pahala? Beliau menjawab Beritahukan kepadaku apa pendapat kalian jika ia menyalurkannya pada tempat yang haram, bukankah ia mendapat dosa? Demikian pula, jika ia menyalurkannya pada tempat yang halal, maka iapun akan mendapat pahala. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ahmad).

Dan juga hadits dari Jabir secara Marfu':
Tutuplah pintu dan sebutlah Nama Allah azza wa jalla karena syaitan tidak dapat membuka pintu yang ditutup, matikan lampu-lampumu dan sebutlah nama Allah, tutuplah bejanamu meskipun hanya dengan tongkat yang kamu letakkan di atasnya dan sebutlah nama Allah, dan ikatlah gerabimu dan sebutlah nama Allah (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah)

Hijrah
Setelah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan kaidah bahwa setiap amalan tergantung niatnya, Beliau memberikan contoh berupa hijrah, Barangsiapa yang berhijrah hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia niatkan

Asal kata hijrah adalah meninggalkan negeri syirik dan pindah ke negeri Islam. Hijrah dari negeri kafir wajib jika seseorang tidak mampu menampakkan agamanya dengan melakukan syiar-syiar Islam, seperti adzan, shalat jamaah, shalat 'Ied dan syiar-syiar Islam lainnya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan maka hijrahnya itu menuju yang ia niatkan terdapat unsur penghinaan kepada dunia yang menjadi motivasinya, tidak seperti kata Allah dan Rasul-Nya yang diulang.

Pelajaran yang dapat diambil dari hadits ini:

  1. Setiap amalan dilakukan pasti dengan adanya niat sebagaimana hadits Setiap amalan tergantung niatnya. Niat tempatnya di hati dan melafadzkannya adalah bid'ah.
  2. Pentingnya mengikhlaskan setiap amalan hanya kepada Allah
  3. Peringatan bahaya riya dan sum'ah, seseorang tidak hanya amalannya tidak terima ketika dibarengi dengan riya akan tetapi juga mendapat adzab sebagaimana hadits dari Abu Hurairah tentang 3 kelompok manusia yang beramal dengan amalan utama akan tetapi tidak ikhlas.
  4. Pentingnya menuntut ilmu karena dengan ilmu dapat diketahui pahala amalan-amalan yang sering dilakukan sebagai adat sehari-hari, amalan tersebut tidak akan mendapat pahala jika kita tidak mengetahui ilmunya dan meniatkan untuk melaksanakan perintah Allah.
  5. Niat menjadi pembeda antara ibadah dan kebiasaan. Ibadah mendapat pahala sedangkan kebiasaan tidak mendapatkan pahala.
  6. Pengajar hendaknya memberikan contoh-contoh ketika menjelaskan sebuah hukum sebagaimana Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memberikan contoh hijrah ketika menjelaskan masalah niat.
  7. Hijrah merupakan amalan salih jika niatnya benar

Daftar Pustaka:

  1. Jami' Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab
  2. Syarh Al-Arba'in An-Nawawiyah, Imam Nawawi
  3. Syarh Al-Arba'in An-Nawawiyah, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Umat Islam Indonesia

Ada beberapa ciri-ciri umat diambang perpecahan. Mari kita perhatikan dengan seksama.

1. Fanatik terhadap golongan/kelompoknya, sehingga menganggap kelompoknya lah yang paling benar dan kelompok lain salah.
2. Fanatik terhadap seseorang, si A misalnya sehingga sampai berani mati dan lain sebagainya.
3. Tidak mau menuntut ilmu keislaman.
4. Jarang silaturrahim.
5. Mementingkan kepentingan sendiri. Tidak mau membantu orang lain.
6. Tidak bisa menjaga lisannya sehingga sering terjadi fitnah, gosip dan lain sebagainya.

Semoga ini tidak ada dalam diri kita.

Hebatnya huruf 'T'

Takkala Temperatur Terik Terbakar Terus, Tukang Tempe Tetap Tabah,
"Tempe-Tempe! " Teriaknya.

Ternyata Teriakan Tukang Tempe Tadi Terdengar Tukang Tahu, Terpaksa Teriakannya Tambah Tinggi, "Tahu...Tahu. ...Tahu... !"

"Tempenya Terbaik, Tempenya Terenak, Tempenya Terkenal! !", Timpal Tukang Tempe .

Tukang Tahu Tidak Terima,"Tempenya Tengik, Tempenya Tawar, Tempenya Terjelek.... !"

Tukang Tempe Tertegun, Terhenyak, "Teplakkk... !"

Tamparannya Tepat Terkena Tukang Tahu.

Tapi Tukang Tahu Tidak Terkalahkan, Tendangannya Tepat Terkena Tulang Tungkai Tukang Tempe .

Tukang Tempe Terjengkang Tumbang! Tapi Terus Tegak, Tatapannya Terhunus Tajam Terhadap Tukang Tahu. Tetapi, Tukang Tahu Tidak Terpengaruh Tatapan Tajam Tukang Tempe Tersebut, "Tidak Takut!!" Tantang Tukang Tahu.

Tidak Ternyana Tangan Tukang Tempe Terkepal, Tinjunya Terarah, Terus Tonjokannya Tepat Terkena Tukang Tahu, Tak Terelakkan!
Tujuh Tempat Terkena Tinjunya, Tonjokan Terakhir Tepat Terkena Telak Tengkuknya.

Tukang Tahu Terjerembab. "Tolong.. Tolong..Tolong. .!", Teriaknya Terdengar Tinggi. Tetapi Tanpa Tunda Tempo, Tukang Tempe Teruskan Teriakannya , " Tempe .. Tempe .. Tempe ..!!"

Tapek The....!!

(Tiapa Tuh Terusin. ....????)



surat untuk bapak

Beliau adalah sosok yang sederhana. Kesan pertama banyak orang terhadap beliau adalah sosok yang ramah terhadap sesama dan pekerja keras. Aku adalah anak laki-laki seorang dikeluarga. Beliau mengajarkan kepada ku bagaimana dapat mengarungi kehidupan dengan penuh kekuatan dan kesabaran. Pernah suatu ketika pada tahun 2001 aku mengalami kegagalan dan beliau mengajarkan bagaimana kita menyikapi kegagalan dengan penuh kesabaran dan berusaha lebih lagi agar tujuan yang dicitakan dapat tercapai.

Semenjak kecil, salah satu hal yang terlintas dikepala ku ketika pagi hari di SD tempat aku sekolah dulu. Sudah menjadi kebiasaanku datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Pukul enam pagi aku sudah sampai sekolah, dan saat-saat setelah itu adalah banyak teman-teman yang diantar ayahnya ke sekolah. Sebagai seorang anak SD aku bermimpi dapat seperti mereka, ke sekolah diantar dengan mobil pasti enak, tapi apakata beliau ketika aku ingin diantar ke sekolah? Aku tak ingat jawaban pasti dari beliau tapi… seingat ku beliau ingin mengajarkan kepada ku bagaimana harus mandiri. Hidup dengan penuh kebersahajaan dan ketekunan.

Beliau adalah sosok yang keras nan humoris. Ia sering bercengkrama dengan ketiga cucunya yang masih lucu-lucu. Hampir setiap pagi anakku Sabila sering dijemur di bawah matahari pagi. Bercanda dengan ibu seperti sepasang kekasih yang baru saja mengucapkan janji sehidup semati. Beliau juga orang yang jarang mengeluh, ketika ia menderita pusing jarang sekali ia mengaduh. Beliau hanya diam dan istirahat di atas tempat tidur. Serba bisa. Beliau dapat melakukan hal apa saja yang berurusan dengan rumah tangga. Mulai dari mengasah pisau, memasang stop kontak, membetulkan pompa air, mobil, sampai memasak pun beliau jagonya.

Bukan hanya kehidupan duniawi saja beliau adalah orang yang patut dicontoh. Urusan akhirat pun beliau adalah suri tauladan kami di rumah. Shalat tahajjud yang tak pernah putus, shalat dhuha yang setiap hari beliau jalankan hingga lima waktu yang begitu rajin ke Mesjid. Ia adalah imam kami di rumah, pun begitu beliau adalah sosok yang dikagumi di lingkungan masyarakat kami. Kepeduliaannya terhadap lingkungan sehingga menjadikan beliau sosok yang dituakan.

Sudah seminggu lebih sejak aku menulis catatan di atas. Baru hari ini aku sanggup dan sempat untuk menulis lagi. Cerita tentang bapak memang tak kan pernah habis. 24 tahun lebih mengiringi aku hidup semenjak kecil hingga sekarang. Pendiriannya yang kuat seolah peka zaman, sangat mempengaruhi pola pikir ku sekarang. Tidak mau menyusahkan orang lain juga satu hal yang bapak junjung tinggi dalam hidup. Ia seolah orang yang dapat berdiri kokoh diantara ombak masalah kehidupan datang mendera. Keuletannya dalam menyongsong hidup patut dicontoh oleh semua anak-anaknya. Dengan segala atribut yang dimiliki bapak, kebiasaannya, becandanya, sungguh membuat kami rindu kepadanya, semua kesedihan itu hanya dapat ku obati dengan doa yang tak pernah henti ku panjatkan kehadirat Allah SWT untuk bapak.

Ia adalah tipe orang yang jarang memuji di depan anak-anaknya. Namun aku yakin di dalam hatinya yang paling dalam ia pasti bangga kepada anak-anaknya. Pujian yang jarang dilontarkan menurut pandangan ku, bapak ingin anak-anaknya kuat dalam menghadapi hidup, mau dan mampu bekerja keras sehingga tidak terlena dengan kecukupan yang kami alami sekarang. Didikannya yang cenderung konvensional namun saat ini kami rasakan begitu indah dan bermanfaat untuk mengarungi hidup di dunia dan bagaimana harus membekali diri untuk kampung akhirat. Bagaimana ia mengajarkan shalat berjamaah di Masjid, meski tak pernah sepatah kata pun terlontar dari mulutnya untuk mengajak ku shalat, bertahun-tahun ia lakukan shalat berjamaah semenjak aku di sekolah dasar sampai kemudian aku SMA, aku baru memulai mengikuti jejak bapak untuk shalat di Masjid. Contoh, adalah pil yang paling mujarab untuk mengajak orang dalam kebaikan. Dibandingkan dengan orang yang suka celoteh namun tak pernah dikatakan, namun dengan didikan contoh yang diajarkan bapak membuat aku seperti terbius dengan kebiasaannya itu.

Bapak adalah orang yang tidak bisa berbicara di depan umum.. Maka tidak heran ia tidak pernah ceramah di Masjid kami. Namun ia orang yang gemar memberikan nasihat-nasihat kehidupan yang penuh makna dihadapan kami ketika waktu makan tiba.

Sampai akhir hayatnya ia tidak pernah mengeluh. Masih hangat terekam kejadian dua minggu lalu, tepatnya pada tanggal 21 Agustus 2008. Aku pulang di rumah sehabis dari kantor sekitar pukul 6 sore. Rutinitas ku masih seperti biasa, pulang kerja langsung shalat berjamaah di Masjid dengan bapak ada diantara jamaah tentunya. Setelah itu aku pulang ke rumah dan waktu berjalan cepat sampai waktu Isya tiba. Kali ini bapak yang menjadi imam. Tak ada perasaan menggelayut waktu itu. Semua berjalan seperti biasanya, sampai ketika kami memutuskan untuk makan malam di rumah bapak, kebetulan jarak rumah ku dengan orang tua hanya beberapa meter saja, ia berkata “makan aja duluan nanti bapak nyusul, dada bapak agak sesak nih”, begitulah gumamnya, kami melanjutkan makan malam bersama.

Ketika makan selesai kami mengunjungi bapak di kamarnya, ternyata ia kegerahan, aku lap keringatnya yang membasahi sekujur tubuhnya. Kakak ku mengeluarkan angin dengan cara mengkop badannya. Tak lama kemudian ia sendawa. Senang rasanya mendengar angin yang keluar, akhirnya aku putuskan untuk pulang ke rumah ku.

Ketika aku ingin ganti baju, terdengar suara teriakan ibu yang membuat jantung ku berdetak begitu kencang, aku lari menghampiri rumah dan mendapati bapak sudah tak sadarkan diri, kakak kudapati telah menangis, namun aku tahu peristiwa itu adalah peristiwa malaikat pencabut nyawa yang sedang memisahkan ruh bapak dari badannya, tak ada perasaan sedih yang menghinggapi aku waktu itu, yang ada adalah kewajiban seorang anak yang harus mentalkin kalimat Laa ilaha Illallah Muhammadarrasulullah, tergerak bibir bapak mengikuti ajaran ku............

Ternyata itu adalah momen yang paling mengharu biru perasaan ku selama aku hidup.. Bapak meninggal di atas pangkuan ku, peristiwa yang sangat mengetuk keimananku, terbayang ketika nanti aku akan mengalaminya. Engkau telah menunjukkan kekuasaan-Mu padaku hari ini, bahwasanya setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati (QS. Al-Ankabut:57)

Ya Rab ampuni dosa kami, dan golongkanlah kami termasuk orang-orang yang beruntung hidup di dunia...

Kami akan terus mendoakan mu pak, sampai ketemu di akhirat...

WANITA JELATA...

Seorang gubernor pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang dinar dihadapan mereka. Semuanya saling berebutan memunguti uang itu dengan suka cita. Kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah jelek. Ia terlihat diam saja tidak bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.

Dengan keheranan sang Gubernor bertanya, "Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga engkau?"

Janda bermuka buruk itu menjawab, "Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat."

"Maksud engkau?" tanya sang Gubernor mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu."

Maksud saya, uang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu salat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal."

Dengan jawaban seperti itu, sang Gubernor merasa telah disindir tajam. Ia insaf, dirinya selama ini hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah rauh, tak kan habis dimakan keluarganya sampai tujuh keturunan. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan Malaikat Izrail sudah mengintainya.

Akhirnya sang Gubernor jatuh cinta kepada perempua lusuh yang berparas hanya lebih bagus sedikit dari monyet itu. Kabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Orang-orang besar tak habis pikir, bagaimana seorang gubernor bisa menaruh hati kepada perempuan jelata bertampang jelek itu.

Maka pada suatu kesempatan, diundanglah mereka oleh Gubernor dalam sebuah pesta mewah. Juga para tetangga, trmasuk wanita yang membuat heboh tadi. Kepada mereka diberikan gelas crystal yang bertahtakan permata, berisi cairan anggur segar. Gubernor lantas memerintah agar mereka membanting gelas masing-masing. Semuanya terbengong dan tidak ada yang mau menuruti perintah itu. Namun, tiba-tiba trdengar bunyi berdenting, pertang ada orang gila yg melaksanakan perintah itu. Itulah si perempuan berwajah buruk. Di kakinya pecahan gelas berhamburan sampai semua orang tampak terkejut dan keheranan.Gubernor lalu bertanya, "Mengapa kaubanting gelas itu?"

Tanpa takut wanita itu menjawab, " Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan Tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa Tuan berkurnag lantaran perintah Tuan tidak dipatuhi."

Gubernor terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang masuk akal itu.

Sebab lainnya?" tanya Gubernor.Wanita itu menjawab, "Kedua, saya hanya menaati perintah Allah. Sebab di dalam Alquran, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, Utusan-Nya, dan para penguasa. Sedangkan Tuan adalah penguasa, atau ulil amri, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah Tuan."

Gubernor kian takjub. Demikian pula paran tamunya. "Masih ada sebab lain?"

Perempua itu mengangguk dan berkata, "Ketiga, dengansaya memecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dicap gila daripada tidak melakukan perintah Gubernornya, yang berarti saya sudah berbuat durhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada penguasa saya. Itu lebih berat buat saya."Maka ketika kemudian Gubernor yang kematian istri itu melamar lalu menikahi perempuan bertampang jelek dan hitam legam itu, semua yang mendengar bahkab berbalik sangat gembira karena Gubernor memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernornya, kepada Nabinya, dan kepada Tuhannya.

Metode Mengajar Yang Jitu

MediaMuslim.Info - Setiap Guru hendaknya menempuh metode pendidikan yang jitu sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al Qur’anul karim dan as Sunnah Nabawiyah, karena para guru ikut berpartisipasi dalam menyiapkan generasi muslim pada masa yang akan datang. Harapan kita adalah hadirnya generasi muslim yang dengan aqidah yang lurus, tangguh, berakhlaq mulia, yang bersih dan berani dalam rangka membela agama dan ummatnya.

Adapun metode jitu yang InsyaAlloh dapat diupayakan oleh para guru dalam mendidik generasi muda muslim adalah sebagai berikut:

Menanamkan Rasa Takut (khauf) dan berpengharapan (raja’)
Para guru harus menanamkan rasa takut kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala ke dalam jiwa anak-anak didiknya sebab Alloh Subhanahu wa Ta’ala sangat hebat siksanya kepada orang-orang yang durhaka kepadanya. Yaitu Orang-orang yang meninggalkan apa-apa yang diwajinkanNya. Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ancaman terhadap orang-orang yang durhaka (maksiat), bahwa mereka akan dibakar didalam neraka pada hari kiamat, padahal neraka jauh lebih panas dari pada api di dunia.

Tetapi sebaliknya Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan kepada kaum mu’minin yang taat menjalankan kewajibannya, memenuhi hak-haknya Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan surga yang luas. Di dalamnya terdapat sungai-sungai, pohon-pohon, buah-buahan, bidadari-bidadari cantik dan berbagai kenikmatan di dalamnya.

Dalil bagi adanya keterpaduan antara rasa khauf (takut) dan raja’ (pengharapan), serta rasa senang dan cemas.

Kisah-Kisah
Kisah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiawa, maka seorang pendidik selayaknya memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat. Dan itu banyak sekali terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah yang suci. Diantaranya:

        • Kisah Ashabul Kahfi (penghuni surga), bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada Allah, cinta kepada tauhid dan benci kepada kemusyrikan.

        • Kisah Nabi Isa , bertujuan unutk menjelaskan bahwa ia adalah hamba Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan bukan Anak Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagaiman anggapan kaum nasrani.

        • Kisah Yusuf, diantara tujuannya adalah untuk mengingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan campur aduk antara laki-laki dan perempuan sebab akan memberi akibat yang sangat jelek

    • Kisah Yunus, bertujuan agar kita selalu beristianah (meminta pertolongan) hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala saja, lebih-lebih ketika di timpa musibah. Kisah orang-orang yang terperangkap dalam gua. Diambil hikmahnya yaitu agar kita hanya bertawasul kepada Allah dengan amal-amal shalehnya. Seperti membantu orang tua, menjauhi zina karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala, dll.

Singkat kata , sebagai seorang guru harus mampu memberi teladan yang baik diantara dengan memberi kisah-kisah yang mulia dan jangan justru memberi kisah-kisah yang jelek yang memacu anak didik untuk berbuat tidak baik.